Sabtu, 22 September 2012

Komunitas Reggae DKI Jakarta yang Anti Narkoba

Written by Novriyadi

Friday, 06 July 2012

Musik reggae tidak identik dengan ganja, yang ada ialah pengganja yang suka musik reggae.... 
Dok. Komunitas Reggae DKI JakartaDok. Komunitas Reggae DKI JakartaSiapa bilang bahwa musik Reggae itu identik dengan ganja? Karena saat ini, ternyata ada sekelompok anak muda yang gemar dengan musik reggae, namun juga anti untuk menggunakan ganja atau bermabuk-mabukan. Memang tak bisa dipungkiri bahwa ada kelompok-kelompok musik reggae yang suka mengganja dan bermabuk-mabukan, akan tetapi bukan berarti bahwa semua pemusik reggae juga demikian. Selalu ada yang berbeda dalam suatu kelompok.
Demikian pula dengan Komunitas Reggae DKI Jakarta ini, karena nyata-nyata komunitas ini mengaku anti terhadap penyalahgunaan ganja. Sebab menurut mereka, untuk menikmati musik reggae kita tidak perlu harus menghisap ganja segala. “Kalau Bob Marley menggunakan ganja, karena memang di sana kebetulan ganja diperbolehkan. Nah, kalau di sini?“ jelas Tony Dwi Kusuma, Ketua Komunitas Reggae DKI Jakarta.
Menurut Tony, komunitasnya ini memang sengaja dibentuk untuk mengubah paradigma negatif, yang terlanjur menempel pada penikmat musik reagge, yaitu orang yang gemar menggunakan ganja. “Penyalahgunaan ganja adalah sebuah pilihan, jangankan anak reggae, orang yang di luar reggae pun bisa juga menghisap ganja,” kata Tony.
Karena ingin mencoba mengubah paradigma, maka dirinya pun mencoba menyosialisasikan hal ini kepada setiap anggotanya. Maka diapun membuat peraturan yang melarang seluruh anggotanya menggunakan narkoba, atau pun minuman keras, di dalam basecamp tempat mereka biasa berkumpul.
Dok. Komunitas Reggae DKI JakartaDok. Komunitas Reggae DKI JakartaTony mengakui kalau dirinya saat ini sedang mengalami kesulitan, yaitu untuk memberikan pemahaman kepada anggota komunitasnya perihal reaggae dan narkoba, karena memang anggotanya berasal dari latar belakang pendidikan atau pun profesi yang berbeda-beda. Tidak hanya itu, banyak pula anggotanya yang memang sudah terbiasa menggunakan narkoba. Jadi, memang butuh waktu untuk mengubahnya. “Intinya adalah, bagaimana cara kita berkomunikasi kepada mereka, jangan sampai seperti menggurui,” kata Tony.
Komunitas ini bisa dibilang belum lama berdiri. Umurnya baru setahun lebih. Persisnya didirikan pada 25 Maret 2011, yakni berawal dari keisengan Rizky Ferik Febrianto, yang saat itu membuat sebuah akun di Facebook dengan nama Komunitas Reggae DKI Jakarta.
Dok. Komunitas Reggae DKI JakartaDok. Komunitas Reggae DKI JakartaTak disangka-sangka, ternyata jumlah anggota komunitas ini dari hari ke hari terus bertambah dan bertambah. Dan mereka yang bergabung itu, berasal dari berbagai latar belakang profesi. Mulai dari pelajar, karyawan, mahasiswa, hingga pengamen. “Saat ini, jika dilihat jumlah anggota kita di FB mencapai ribuan orang, namun yang aktif berkumpul jumlahnya delapan puluhan orang,” kata Rizky.
Setiap seminggu sekali, komunitas ini berkumpul di dekat pintu satu Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Di sana, di pinggir jalan, komunitas ini sering sering berkumpul dan bernyanyi bersama. Dan setiap kali berkumpul begitu mereka membaur begitu saja, tanpa pernah membeda-bedakan status sosial atau pun profesi, seperti yang ada dalam lirik-lirik yang dibawakan oleh musisi raggae, yang selalu menyuarakan cinta damai, persatuan, dan anti rasis.
Rizki dan Tomy. (Foto: Novriyadi/TNOL)Rizki dan Tomy. (Foto: Novriyadi/TNOL)Selain sering mengadakan kegiatan kopdar atau gathering, komunitas ini juga pernah mengadakan kegiatan bakti sosial. Bahkan mereka pernah mengadakan kegiatan sosial, ketika terjadi bencana meletusnya gunung Merapi di Yogyakarta.
Rizki mengaku, dirinya menyukai musik reggae karena musiknya enak didengar. Tempo musiknya tidak terlalu cepat, serta bisa dipadupadankan dengan beragam alat musik, sehingga membuat dirinya begitu kepincut dengan musik ini.
Lain lagi dengan Tony, di matanya, musik reggae bukan hanya sebagai hiburan semata. Karena sesungguhnya, musik reggae itu merupakan musik yang memiliki lirik-lirik yang begitu humanis, seperti ajakan agar saling menghargai satu sama lain, anti perbudakan, serta persatuan, dan cinta damai. Seperti yang dikatakan Bob Marley, “One Love! One Heart! Let's get together and feel all right.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar